Tugas Filsafat
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
EPIDEMIOLOGI
OLEH
HASANUDDIN
SAM
P410021003
PROGRAM STUDI ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM PASCA SARJANA UNHAS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PENDAHULUAN
I.1. Sejarah Epidomiologi
Epidemiologi merupakan
ilmu yang telah sejak lama bahkan berkembang sejalan dengan ilmu- ilmu lainnya
seperti kedokteran dan tentu pertanian. Pengusahaan tanaman akan terus
berlangsung selama manusia masih menjalani dalam memenuhi hajat hidup. Dalam
budidaya tanaman haruslah diusahakan agar tanaman selalu dalam keadaan sehat
sehingga dapat memberikan produksi yang maksimal baik dalam keadaan sehat
sehingga dapat memberikan produksi yang maksimal baik dalam hal kualitas
ataupun kuantitas.
Epidemi penyakit tanaman
mengakibatkan kelaparan pada manusian antara lain pada kasus Phytopthora infestan yang menyebabkan
kelaparan di eropa (1845-1846) dimana diperkirakan mengakibatkan terbunuhnya
satu juta penduduk irlandia, hawar singkong yang disebabkan oleh Xantomonas compestris pv manihotis
menyebabkan kelaparan oleh Helminthosporium oryzae yang menyebabkan
kelaparn di India tahun 1942-1943, yang mengakibatkan swekitar 2 juta penduduk
mati kelaparan
Timbulnya epidemi
penyakit pada pertanian sesungguhnya berhubungan erat dengan ulah manusia
sebagai motor penggeraknya, walaupun sebenarnya tidak disengaja. Adalah
Vanderplank orang yang pertamakali mempublikasikan analisis quantitative
interpretasi dan perkembangan populasi pathogen. Yang pada akhirnya menjadi
sutu ide yang mampu menstimulasi perkembangan epidemiologi dikemudian hari.
I.2. Pentingnya Epidomologi
Pemahaman
Epidemiologi paling tidak mempunyai dua tujuan yaitu aturan scientific atau
intelektual dan aturan praktisi. Sebagai ilmu pengetahuan epidemiologi membawahi
teknologi management penyakit. Keduanya penting dimana yang pertama pemahaman
dari tingkah laku penyakit dalam waktu dan ruang sedangkan yang lainnya dengan
menggunakan pemahaman pertama untuk mengatur/mengelola penyakit.
Penyakit
tanaman dapat dikelola dengan berbagai cara seperti penghindran, ekslusi
pathogen, eradisksi pathogen. Perlindungan tanaman, tanaman resisten, dan
terapi tanaman sakit. Determinasi yang mana yang akan digunakan untuk penyakit
tertentu tergantung pada pengetahuan tingkah laku/behavior penyakit tersebut.
Pilihan kombinasi dapat digunakan untuk pengelolaan yang berkelanjutan dari
suatu penyakit atau yang lebih penting untuk kekuatan dan management ekonomi
dari beberapa penyakit tanaman yang berikutnya dengan menggunakan prinsip
epidemiologi
Epidemik
(epidemic) berarti peningkatan insiden penyakit (disease incidence)
atau terjadi perkembangan penyakit dalam suatu populasi tanaman per satuan
waktu per satuan luas (van der Plank, 1963). Zadock & Schein (1979)
mengemukakan bahwa epidemik sebagai pertambahan penyakit dalam suatu
populasi tanaman per satuan waktu per satuan luas. Pengertian epidemik
tersebut digunakan untuk menunjukkan dinamika penyakit dalam populasi
tanaman tanpa mempertimbangkan keganasannya. Epidemi terjadi pada jangka
waktu tertentu, atau tidak selalu terjadi pada setiap waktu. Epidemi
terjadi pada tempat, ruang, wilayah tertentu, atau tidak merata di setiap
tempat. Suatu penyakit yang terdapat merata, terjadi terus menerus di
setiap musim dan berasal dari daerah yang bersangkutan, tidak dianggap
sebagai penyakit epidemik, tetapi penyakit endemik. Penyakit exotik
terdapat merata tetapi berasal dari daerah lain. Suatu penyakit yang
merata di seluruh benua atau dunia disebut pandemik, tetapi jika penyakit
hanya terdapat di sana-sini dengan selang waktu yang tidak tertentu dan
tidak meningkat disebut sporadik.
Dengan
Mempelajari epidomologi, manusia dapat menetukan hubungan antara penyakit dan
inangnya serta dapat mempelajari bagaimana
penyebaran penyakit pada tanaman, sehingga dapat menentukan cara pengendalian
populasi penyakit yang tepat untuk mengendalikan penyakit pada suatu populasi
tanaman.
II.
PEMBAHASAN
II. 1. Pendekatan Dari
berbagai aspek
II.1.a. Aspek Ontologi
Aspel ontologi adalah
yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya
dilakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika
kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang
yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas
tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal.
Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam
rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam
semua bentuknya.
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi
pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya
akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran
materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Ontologis ini menguak
tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek
tersebut ? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuakan pengetahuan ?.
Dalam epidemiologi
mempelajari mengenai perakiraan penyakit Jika datangnya epidemi
dapat diprakirakan (diramal, diprediksi) dengan jangka waktu yang cukup untuk
melakukan usaha pencegahan, kerugian-kerugian besar akan dapat dihindarkan.
Namun demikian, kebanyakan epidemi, terutama ditentukan oleh faktor-faktor
cuaca yang sukar diprakirakan dan hanya sedikit penyakit yang sudah diketahui
faktor penentunya maka hanya sedikit penyakit yang dapat diprakirakan
epideminya.
Sebelum memulai menyusun sistem prakiraan, terlebih
dahulu faktor-faktor yang membantu perkembangan penyakit perlu diketahui.
Selain pengamatan faktor-faktor cuaca, seperti kelembaban udara, penyinaran
matahari, sering diperlukan pengamatan biologis, seperti kerapatan spora
patogen di udara, populasi vektor serangga dan lain-lain. Makin lengkap data
yang tersedia mengenai hubungan antara intensitas penyakit dengan
bermacam-macam factor tersebut, cara prakiraan akan semakin tepat. Praktek
prakiraan sangat tergantung dari hasil-hasil penelitian epidemiologi, meskipun
penelitian epidemiologi tidak selalu menghasilkan sistem prakiraan. Sering kali
prakiraan disebut sebagai ‘epidemiologi terapan’ (applied epidemiology)
Agar dapat disusun cara prakiraan yang bermanfaat,
beberapa syarat berikut ini diperlukan, yaitu :
1. Pertanaman
merupakan tanaman penting, misalnya : tanaman pangan, tanaman perkebunan, yang
mempunyai nilai tinggi
2. Penyakit
dapat menimbulkan kerugian besar, tetapi hanya pada keadaan-keadaan tertentu
saja. Kalau pengendalian dilakukan terus menerus akan memerlukan biaya tinggi
tetapi jika tidak dilakukan dapat berbahaya terjadi epidemi.
3. Perlu
terdapat cukup keterangan, baik hasil pengamatan maupun penelitian, mengenai
pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap perkembangan penyakit
4. Para
penanam (petani) cukup siap dan mengerti prakiraan epidemic penyakit.
5. Untuk
penyakit yang bersangkutan telah tersedia cara pengendalian yang tepat.
6. Terdapat
jarak (tenggang) waktu yang cukup antara diumumkannya hasil prakiraan dengan
timbulnya epidemi penyakit
Umumnya suatu hal yang bermanfaat untuk mendapatkan
informasi yang sebanyak-banyaknya, yaitu : tersedia informasi tentang penyakit
sebelum berusaha menduga perkembangannya, akan tetapi pada banyak kasus, hanya
satu atau dua faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan penyakit, sehingga
pengetahuan yang banyak tentang faktor-faktor tersebut telah cukup untuk
merumuskan prakiraan penyakit tanaman menggunakan kriteria jumlah inokulum awal.
Sebagai contoh : layu Stewart pada jagung, jamur lendir biru (blue
mold) pada tembakau, fire blight pada apel dan persik, busuk akar
pada kapri, dan jenis penyakit lain yang disebabkan oleh patogen soil borne,
seperti : Sclerotium dan siste nematoda. Peramalan lain menggunakan
jumlah daur penyakit atau jumlah inokulum sekunder, sebagai contoh : late
blight pada kentang, Cercospora dan bercak daun lainnya, dan embun
tepung pada anggur, sedangkan yang lainnya lagi menggunakan kriteria jumlah
inokulum awal dan jumlah daur penyakit atau jumlah inokulum sekender (kudis
apel, busuk hitam pada anggur, karat kacangkacangan, hawar daun Botrytis dan
jamur lendir abu-abu (grey mold) dan menguning gula bit (sugar beet
yellowing).
II.1.b. Aspek Epistemologi
Masalah epistemology bersangkutan
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Sebelum dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu diperhatikan bagaimana dan dengan
sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas
pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada
akhirnya tidak dapat diketahui. Memang sebenarnya, kita baru dapat menganggap
mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan
epistemology. Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh
pengetahuan, atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai
hanyalah kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian, atau mungkin dapat
menetapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian
yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya. Manusia tidaklah
memiliki pengetahuan yang sejati, maka dari itu kita dapat mengajukan
pertanyaan “bagaimanakah caranya kita memperoleh pengetahuan”?
Epistemologi berusaha menjawab bagaimana proses yang
memungkinkan di timbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya ?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar ? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana
apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?
Untuk menjawab kebenaran mengenai epidomologi harus ada ilmu yang mendukung
mengenai epidomologi serta mendukung kebenaran mengenai keilmuan tersebut,
seperti
a.
Bakteriologi
: ilmu yang mempelajari mengenai bakteri, baik mengenai daur hidup,
identifikasi, morfologi dan klasifikasi bakteri. Tanpa mempelajari Bkateriologi
tidak akan dapat melanjutkan pembahasan mengenai epidemiologi dari suatu
penyakit, karena untuk melakukan perakiraan epidemologi penyakit diperlukan
pengetahuan mengenai daur hidup serta klasifikasi bakteri tersebut.
b.
Virologi
: Ilmu yang mempelajari Virus, baik mengenai klasifikasi virus, Bioekologi
virus, dan daur hidup virus. Virology dibutuhkan untuk mempelajari epidemiologi
karena membutuhkan pengetahuan mengenai virus untuk mengetahui penyebaran dan
system perakiraan penyebaran penyakit oleh virus
c.
Mikologi
: Untuk mempelajari epidemiologi dibutuhkan pengetahuan mengenai penyakit yang
disebabkan oleh cendawan, sehingga dapat mengetahui daur hidup dan penyebaran
cendawan. Oleh karena itu perlu mikologi untuk perakiraan penyakit pada suatu
daerah tersebut.
d.
Nematologi
: ilmu yang mempelajari mengenai nematoda, baik mengenai daur hidup,
identifikasi, morfologi dan klasifikasi nematode . Tanpa mempelajari nematologi
tidak akan dapat melanjutkan pembahasan mengenai epidemiologi dari suatu
penyakit, karena untuk melakukan perakiraan epidemologi penyakit diperlukan
pengetahuan mengenai daur hidup serta klasifikasi nematode tersebut
e.
Ekologi
: membahas mengenai epidemologi, yaitu penyebaran serangga pada tingkat
populasi, tentu tidak akan lepas mengenai ekologi yang mempelajari mengenai
populasi suatu organisme pada suatu habitat tertentu yang saling berinteraksi
satu sama lain dan berinteraksi dengan abiotik.
f.
Statitika
dan kalkulus : Untuk menetukan perkembangan dari epidemic suatu penyakit tentu
diperlukan ilmu yang berhubungan untuk mengihitungnya maka itu diperlukan ilmu
statistika.
II. 1.c. Aspek
Aksiologi
Aspek aksiologi membahas mengenai untuk apa pengetahuan yang
berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut
dengan kaidah-kaidah moral. Epidemiologi pada tumbuhan tidak melanggar
nilai-nilai moral karena tidak melibatkan manusia, berbeda dengan ilmu yang berhubungan
dengan manusia seperti kedokteran dan kesehatan manusia/masyarakat. Epidemiolgi
hanya membahas mengenai penyebaran penyakit tumbuhan.
Epidiomolgi dapat
dimanfaatkan untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyaktit tanaman. Seperti
peramalan penyebaran penyakit dengan perakiraan penyakit menggunakan ilmu
epidemiologi, dan menggunakan prakiraan epidemiologi namun harus
mempertimbangkan factor – factor iklim seperti cuaca, yang sangat mempengaruhi
epedemi suatu penyakit.
II.2. Jenis-jenis Pengetahuan
a.
Interaksi
Penyakit dengan Tanaman
Proses
epidemi yang terjadi pada suatu luasan dapat diukur dengan menggunakan laju
infeksi. Laju infeksi merupakan percepatan infeksi yang diukur dari perbedaan
luas infeksi pada saat pengamatan awal dengan infeksi pada saat akhir
pengamatan per satuan rentang waktu pengamatan. Laju infeksi dapat cepat dengan
semakin rentan tanaman inang terinfeksi penyakit yang ditunjukkan dengan
tingkat serangan (disease severity) atau besar terjadinya penyakit (disease
incidance). Disamping itu semakin virulen patogen pada suatu jenis inang,
semakin besar laju infeksi. Laju infeksi dapat pula dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan. Interaksi yang menyebakan tinggi rendahnya laju
infeksi dapat digambarkan oleh segitiga penyakit. Dalam epidemiologi interaksi
tersebut tampak dari definisi epidemiologi bahwa studi kuantitatif tentang
perkembangan penyakit dalam ruang dan dalam jangka waktu tertentu sebagai
akibat interaksi antara populasi inang-patogen yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
fisik, biotik dan manusia. Untuk mempermudah pemahaman interaksi antara inang
patogen dan lingkungan, maka dapat digambarkan sesuai pada limas penyakit yang
dikenal dengan tetrahdron penyakit (Zadoks, 1979) sebagaimana Gambar di bawah
Limas
pada Gambar di atas yang melukiskan interaksi patogen inang dan lingkungan
dapat dijelaskan bahwa patogen dapat berkembang pada inang yang pada akhirnya
mempunyai potensi terjadi peledakan penyakit apabila patogen mempunyai
virulensi yang tinggi, pada saat bersamaan kondisi lingkungan sangat mendukung
perkembangan penyakit, sebagai misal pada tanaman bawang merah yang terinfeksi
patogen Alternaria porri. Petogen tersebut dapat menyebabkan penyakit
bercak ungu apabila kondisi lingkungan lembab selama 6 jam, maka mengakibatkan
permukaan daun basah dan dapat diprediksi bahwa penyakit akan berkembang lebih
cepat, apalagi tanaman bawang merah ditanam pada saat musim penghujan. Proses
tersebut tidak terlepas dari proses sebelumnya, yaitu lahan yang terus ditanami
jenis tanaman bawang. Kondisi ini dapat diperparah dengan pemberian pupuk N yang
berlebihan. Kondisi ini merupakan contoh adanya interaksi patogen dan tanaman
inang yang terus tersedia disamping pemberian pupuk yang tidk berimbang. Hal
yang sama juga dapat terjadi apabila tanaman introduksi yang tahan dengan suatu
jenis penyakit pada daerah asalnya, setelah ditanam pada daerah lain dengan
kondisi yang berbeda dapat terserang oleh patogen sejenis dikarenakan kondisi
lingkungannya sangat mendukung bagi perkembangan penyakit tersebut. Sebagai
contoh hawar daun pada tanaman kentang yang diintroduksi dari Australia yang
dikenal dengan varietas Granola.
Manusia
sebagai faktor yang dapat berperan terjadinya peledakan penyakit, dalam konsep
tetrahedron penyakit mempunyai peran yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya
epidemi. Peranan manusia sebagai pengontrol dan monitoring sangat diperlukan
dalam pengambilan keputusan dalam tindakan pencegahan dan pengendalian
penyakit. Peranan tersebut akan menjadi lebih meningkat apabila disertai dengan
pemanfaatan ilmu-ilmu lain seperti; matematik, genetika, dan agronomi serta
bioekologi dan etiologi. Sebagai ilmu yang mempunyai sifat integratif, maka
diperlukan analisis kuantitatif terhadap peran masing-masing faktor seperti
lingkungan, dengan pendekatan ekologis tersebut dapat diketahui fakor penting
sehingga pendekatan pengendalian penyakit menjadi lebih efektif. Pendekatan
ekologis dalam epidemiologi melibatkan pengertian-pengertian yang meliputi
ekosistem alamiah, agroekosistem, keragaman, suksesi, stabilitas, subsidi
energi, berbagai bentuk interaksi, populasi dengan sifat-sifatnya, dan
lain-lain. Oleh karena itu pendekatan tersebut memerlukan analisis kuatitatif
dalam proses interkasinya. Proses interaksi antara populasi patogen dengan
populasi tanaman inang di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tunduk kepada
prisnsip-prinsip matematik, maka dengan pertolongan analisis dan model-model
matematik, sehingga proses interaksi yang komplek tersebut dapat dijelaskan (Krantz,
1974).
b.
Perakiraan
Penyakit
Agar dapat disusun cara prakiraan yang bermanfaat,
beberapa syarat berikut ini diperlukan, yaitu :
1.
Pertanaman merupakan tanaman penting, misalnya : tanaman pangan, tanaman
perkebunan, yang mempunyai nilai tinggi
2.
Penyakit dapat menimbulkan kerugian besar, tetapi hanya pada keadaan-keadaan
tertentu saja. Kalau pengendalian dilakukan terus menerus akan memerlukan biaya
tinggi tetapi jika tidak dilakukan dapat berbahaya terjadi epidemi.
3.
Perlu terdapat cukup keterangan, baik hasil pengamatan maupun penelitian,
mengenai pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap perkembangan penyakit
4.
Para penanam (petani) cukup siap dan mengerti prakiraan epidemic penyakit.
5.
Untuk penyakit yang bersangkutan telah tersedia cara pengendalian yang tepat.
6. Terdapat jarak (tenggang) waktu
yang cukup antara diumumkannya hasil prakiraan dengan timbulnya epidemi
penyakit
c.
Monitoring
factor cuaca
Terdapat sejumlah kesulitan untuk memonitoring
faktor-faktor cuaca selama berlangsungnya epidemi penyakit tumbuhan. Kesulitan
tersebut muncul dari kebutuhan untuk memonitoring secara terus menerus beberapa
faktor yang berbeda (suhu, kelembaban, kebasahan daun, hujan, angin, dan kabut)
pada tempat-tempat yang berbeda dalam kanopi tumbuhan pada satu lahan atau
lebih. Pada waktu yang lalu, pengukuran dilakukan dengan menggunakan peralatan
mekanik, yang hanya dapat mengukur variabel lingkungan secara kasar atau dengan
interval yang lama dan data yang tercatat tidak meyakinkan seperti adanya
lepotan tintan pada kertas grafik
Beberapa jenis alat-alat tradisional dan alat
elektrik yang dioperasikan dengan baterai digunkan untuk mengukur berbagai
faktor cuaca. Pengukuransuhu dilakukan dengan berbagai tipe termometer,
higrotermograf, termokopel, dan terutama dengan termistor (semi konduktor
dengan ketahanan bersifat elektrik yang mengalami banyak perubahan terhadap
suhu). Pengukuran kelembaban relatif dilakukan dengan higrotermograf. Kebasahan
daun
dimonitor
dengan sensor string-type yang mengkerut saat basah atau mengendur saat kering
dan meninggalkan berkas tinta dalam proses tersebut atau menutup dan membuka
sirkuit listrik. Tersedia bentuk sensor kebasahan elektrik yang dapat
ditempelkan ke daun atau ditempatkan diantara dedaunan, sensor tersebut
mendeteksi dan mengukur lama hujan atau embun karena jenis yang terakhir
membantu menutup sirkuit / rangkaian antara dua pasang elektroda.antara dua
pasang elektroda. Hujan, angin dan awan (penyinaran) masih dapat diukur dengan
alat-alat tradisional (rain-funnel dan tipping-bucket gauge untuk
hujan, anemometer untuk kecepatan angin, pirenometer untuk penyinaran.
Pada sistem monitoring cuaca moderen, sensor cuaca
dihubungkan dengan alat data-logging. Data yang ada dapat dibaca pada
layar digital atau data tersebut dipindahkan ke kaset atau printer. Data dalam
kaset dapat dipindahkan ke komputer sehingga dapat dilihat dan diproses ke
dalam eberapa bahasa komputer, kemudian dapat disusun menjadi matrik-matrik
yang terpisah untuk setiap variabel cuaca, diplot dan dianalisis. Tergantung
kepada setiap model penyakit yang digunakan, ketepatan informasi cuaca memberi
dasar yang sangat bermanfaat untuk menduga sporulasi dan infeksi. Dengan
demikian memberi peringatan yang terbaik terhadap saat dilakukan tindakan
pengendalian penyakit, seperti aplikasi fungisida.
II.3. Kelayakan
Epidemologi Sebagai Ilmu
Epidomologi merupakan sebuah ilmu,
karena memenuhi syarat six of sience yakni problem, attitude, method, activity,
conclusion, dan effect :
a. Problem
-
Epidemiologi mempelajari mengenai pertumbuhan
penyakit pada suatu populasi tanaman.
b. Attitude
-
Mencari
bagaimana memperkirakan penyakit
dan pertumbuhan populasi pada suatu
populasi
c. Method
-
Melakukan penyelidikan mendalam mengenai
penyakit Tumbuhan
-
Melakukan Prakiraan Pertumbuhan Penyakit
Tumbuhan
Jika datangnya epidemi dapat diprakirakan (diramal,
diprediksi) dengan jangka waktu yang cukup untuk melakukan usaha pencegahan,
kerugian-kerugian besar akan dapat dihindarkan. Namun demikian, kebanyakan
epidemi, terutama ditentukan oleh faktor-faktor cuaca yang sukar diprakirakan
dan hanya sedikit penyakit yang sudah diketahui faktor penentunya maka hanya
sedikit penyakit yang dapat diprakirakan epideminya. Sebelum memulai menyusun sistem prakiraan,
terlebih dahulu faktor-faktor yang membantu perkembangan penyakit perlu
diketahui.
Selain pengamatan faktor-faktor cuaca, seperti
kelembaban udara, penyinaran matahari, sering diperlukan pengamatan biologis,
seperti kerapatan spora patogen di udara, populasi vektor serangga dan
lain-lain. Makin lengkap data yang tersedia mengenai hubungan antara intensitas
penyakit dengan bermacam-macam factor tersebut, cara prakiraan akan semakin
tepat. Praktek prakiraan sangat tergantung dari hasil-hasil penelitian
epidemiologi, meskipun penelitian epidemiologi tidak selalu menghasilkan sistem
prakiraan. Sering kali prakiraan disebut sebagai ‘epidemiologi terapan’ (applied
epidemiology) Kemampuan memrakirakan epidemi penyakit tanaman merupakan
stimulasi secara cerdik dan juga indikasi keberhasilan pemodelan atau stimulasi
computer penyakit tertentu. Hal tersebut juga sangat berguna bagi petani dalam
tindakan pengelolaan penyakit tumbuhan. Prakiraan penyakit tanaman memungkinkan
untuk memprediksi peluang terjadinya peledakan (out-break) atau
peningkatan intensitas penyakit dan kemudian bagi kita untuk menentukan apa,
kapan dan dimana tindakan pengendalian akan dilakukan.
Dalam pengelolaan penyakit tumbuuhan, petani harus
selalu menghitung resiko, biaya dan keuntungan pada setiap keputusan.Sebagai
contoh : mereka harus dapat memutuskan apakah harus atau tidak menanam tanaman
tertentu pada suatu lahan, apakah harus atau tidak membeli bahan perbanyakan
yang bebas virus dan patogen lain tetapi lebih mahal, dan apakah harus menanam
benih yang hasilnya rendah tetapi tahan terhadap penyakit sehingga tidak perlu
membeli pestisida atau varietas yang hasilnya tinggi tetapi rentan terhadap
penyakit dan harus membeli pestisida.
Petani juga membutuhkan prakiraan perkembangan
penyakit tanaman untuk memutuskan apakah tanaman tersebut akan diperlakukan
dengan pestisida pada saat itu atau ditunggu beberapa hari lagi, karena jika
mereka dapat menunggu, mungkin akan dapat menurunkan jumlah pestisida dan
tenaga kerja yang digunakan tanpa meningkatkan resiko kehilangan hasil tanaman.
Untuk menyusun cara prakiraan perlu diketahui stadium mana dari daur penyakit
yang memegang peranan penting bagi penyakit selanjutnya dan keadaan luar yang
bagaimana yang sangat mempengaruhi stadium ini.
Dalam memprakirakan penyakit tanaman yang sedang
berkembang, mereka harus mengerti beberapa sifat patogen tertentu. Inang dan
lingkungannya. Secara umum untuk penyakit monosiklik, seperti : busuk akar
kacang kapri dan layu stewart pada jagung, dan penyakit polisiklik yang mungkin
mempunyai cukup banyak inokulum awal, seperti kudis apel, perkembangan penyakit
mungkin dapat diduga dengan menaksir inokulum awal. Untuk penyakit polisiklik,
seperti late blight pada kentang yang mempunyai inokulum awal kecil
tetapi memiliki banyak daur penyakit, perkembangan penyakit dapat diduga secara
baik dengan menaksir laju daur penyakit. Untuk penyakit yang jumlah inokulum
awal dan daur penyakit yang banyak, seperti : penyakit menguning pada bit (beet
yellowing), keduanya (inokulum awal dan laju daur penyakit) harus ditaksir
untuk ketepatan prediksi epidemi penyakit tersebut. Namun demikian prakiraan
tersebut sering sulit dilakukan atau mungkin juga tidak dapat sama sekali dan
kendatipun terjadi peningkatan yang luar biasa dalam hal peralatan dan metodologi,
penaksiran inokulum awal dan laju daur penyakit jarang akurat. Lagi pula,
penting dilakukan monitoring faktor-faktor cuaca dan seringkali sulit
menghubungkan factor tersebut dengan perkembangan penyakit tumbuhan. Di muka
sudah diuraikan pada konsep segitiga penyakit bahwa perkembangan penyakit
ditentukan oleh faktor patogen, tumbuhan inang dan faktor lingkungan, khususnya
cuaca.
Di samping itu dalam epidemiologi factor waktu
memegang peran penting dalam prakiraan. Epidemi belum mungkin terjadi jika
faktor-faktor yang membantu penyakit hanya berlangsung selama satu daur hidup
patogen. Gabungan dari faktor patogen, tumbuhan, cuaca, dan waktu (konsep
tetrahedron epidemi) dapat membentuk bermacam-macam kombinasi, meskipun tidak
semuanya penting. Untuk beberapa macam penyakit satu tingkatan yang terjadi
pada waktu tertentu dapat menentukan beratnya penyakit untuk seluruh musim. Agar
dapat disusun cara prakiraan yang bermanfaat, beberapa syarat berikut ini
diperlukan, yaitu :
1.
Pertanaman merupakan tanaman penting,
misalnya : tanaman pangan, tanaman perkebunan, yang mempunyai nilai tinggi
2.
Penyakit dapat menimbulkan kerugian
besar, tetapi hanya pada keadaankeadaan tertentu saja. Kalau pengendalian
dilakukan terus menerus akan memerlukan biaya tinggi tetapi jika tidak
dilakukan dapat berbahaya terjadi epidemi.
3.
Perlu terdapat cukup keterangan, baik
hasil pengamatan maupun penelitian, mengenai pengaruh berbagai faktor
lingkungan terhadap perkembangan penyakit
4.
Para penanam (petani) cukup siap dan
mengerti prakiraan epidemic penyakit.
5.
Untuk penyakit yang bersangkutan telah
tersedia cara pengendalian yang tepat.
6.
Terdapat jarak (tenggang) waktu yang
cukup antara diumumkannya hasil prakiraan dengan timbulnya epidemi penyakit.
d. Activity
Epidemiologi
merupakan suatu aktivitas yang bersifat social, karena dilihat dari metode di
atas yang menunjukkan dibutuhkannya kesinambungan antara penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dan sikap seorang petani untuk menanggulangi epidemic
suatu penyakit untuk kemudian berupaya untuk mengendalikan epidemic penyakit
yang tumbuh pada suatu populasi inang.
e.
Conclusion
Epidemiologi
merupakan suatu ilmu karena mempunyai metode dan telah tersusun secara
sistematis sehingga, ilmu mengenai Epidemiolgi dapat dimanfaatkan oleh petani
maupun praktisi pertanian.
f.
Effect
Dengan
adanya epidemiologi, penyakit dapat diketahui pertumbuhan populasinya pada
rentang waktu tertentu serta dapat diramalkan dengan kapan populasi penyakit
tersebut akan meledak, sehingga pencegahan terhadap suatu penyakit dapat
dilakukan dan merupakan salah satu dari pengendalian OPT.
III.
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
Epidemiologi merupakan
sebuah ilmu karena dapat ditinjau dari berbagai aspek baik dari aspek aksiologi
yang membahas mengenai apa yang ada dalam pengetahuan tersebut, aspek mengenai
epistomologi yang mebahs mengenai bagaiman pengetahuan tersebut dapat dikatakan
sebuah ilmu karna didukung oleh ilmu-ilmu yang terkait seperti bakteriologi,
virology, mikologi, dan nematologi. Kemudiaan aspek mengenai aksiologi yang
membahas mengenai apa manfaat pengetahuan tersebut sebagai ilmu apakah sesuai
dengan nilai – nilai moral. Selain dari berbagai aspek, epidemiologi juga dapat
dibuktikan sebagai ilmu karena telah memenuhi six of sience yaitu problem,
attitude, method, activity, conclusion, dan effect.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim 2010. http://diary-monic.blogspot.com/2012/08/epidemiologi.html. Diakses pada
tanggal 11 Oktober 2012
Anonim.2006..http://lib.ugm.ac.id/exec.php?app=simpus&act=search&lokasi=&kriteria=subyek&kunci=Epidemiologi. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2012
Purnomo bambang.
2010. Mmvii. Epidemiologi penyakit tanaman Peramalan penyakit. Diakses
pada tanggal 11 Oktober 2012
Harsono. Tri.2012. Biologi "Taksonomi Tumbuhan" daftar-isi-kata-pengantar-i-daftar-isi.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2012
Nirwanto
Hery.2007 Pengantar Epidemi dan Manajemen Penyakit Tanaman. Diakses pada
tanggal 11 Oktober 2012
Nurhayati.2011. Epidemiologi Penyakit Tumbuhan.
Universitas Sriwijaya : Sriwijaya